Senin, 26 Oktober 2009

Kenakalan Remaja Indikasi Menipisnya Rasa Bela Negara

Senin, 26 Oktober 2009 | 20:48 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya kenakalan remaja merupakan indikasi melemahnya rasa bela negara di kalangan generasi muda.

Hal ini dikatakan Kepala Subdirektorat Lingkungan Pendidikan, Direktorat Pembinaan Kesadaran Bela Negara, Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Departemen Pertahanan, Rukman, usai pembukaan Gelar Prestasi dan Bela Negara (GPBN) Siswa SMK Nasional 2009 di Yogyakarta, Senin (26/10). Tawuran pelajar dan pemakaian narkoba itu sudah bisa disebut melemahnya rasa bela negara karena itu menambah beban negara ini.

Menurut Rukman, praktik bela negara dalam konteks pelajar adalah bertingkah laku baik dan menunaikan tugas serta kewajibannya sebagai pelajar. Lebih luas lagi, makna bela negara pada konteks masyarakat sipil berarti mencintai tanah air dengan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara. Hal ini, bisa dilakukan dengan cara mempraktikkan nilai-nilai budaya bangsa seperti gotong royong maupun menjaga sopan santun.

Saat ini, ujar Rukman, rasa bela negara cenderung diartikan dalam makna yang sempit yaitu hanya wajib dipraktikkan oleh kalangan militer saja. Padahal, bela negara wajib dilakukan semua warga negara terhadap kondisi yang mengancam bangsa tanpa harus turun ke medan perang.

Menurut Rukman, masyarakat sipil perlu mempraktikkan bela negara pada ancaman yang bersifat nonmiliter seperti ancaman terhadap merosotnya karakter bangsa atau ancaman di bidang kesehatan. "Masyarakat bisa turun waspada dan mengantisipasi penularan wabah penyakit seperti pada kasus merebaknya penularan flu babi beberapa waktu lalu," katanya.

Rukman mengungkapkan, pihaknya telah bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional untuk mengembangkan rasa bela negara pada pelajar. Selain melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, penanaman rasa bela negara juga disisipkan melalui berbagai kegiatan di sekolah.

Warga Negara Indonesia yang pergi ke luar negeri juga diharapkan tetap menjaga nama baik negara dengan cara mengukir prestasi atau tidak melanggar ketentuan yang berlaku di negara yang dikunjungi.

Terkait hal ini, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi DIY Suwarsih Madya menuturkan, rasa bela negara bisa dimulai dengan memahami daerah masing-masing. Dari pemahaman terhadap lingkungannya, diharapkan tumbuh rasa cinta terhadap Tanah Air.

Oleh karena itu, saat ini para pelajar DIY terus didorong untuk mengolah dan berkreasi dengan potensi lokal daerah masing-masing. "Hasil karya mereka akan berguna untuk seluruh bangsa. Ini wujud nyata pendidikan bela negara," tuturnya.

Menurut Suwarsih, rasa cinta pada daerah bukan ancaman pada kesatuan dan persatuan bangsa namun justru akan memperkuat. Sebaliknya, minimnya pemahaman lingkungan generasi muda bisa menjadi ancaman pada potensi seni budaya maupun kekayaan alam bagsa. "Kalau kita sendiri tidak memahami potensi daerah kita, maka saat kesenian daerah atau potensi alam daerah kita yang diklaim negara lain, kita juga tidak akan tahu," ujarnya.